"Selamat Bu...anda saat ini sedang mengandung...itu kabar baiknya" kata pak dokter sambil tersenyum, disambut ucapan syukur dari mulut pasangan itu
"Tapi kabar buruknya......" dokter itu diam sejenak, seperti mencari kalimat tepat untuk menyampaikan hasil tes laboratorium yang membuat nalurinya sebagai orang tua tergugah " Ibu mengidap tumor otak stadium akhir yang harus ditangani, kalau tidak penyakit ini secara medis akan membayakan nyawa ibu dalam beberapa tahun ini" dokter itu menghela nafas, menatap pasangan itu bergantian.
"Jadi apa yang harus kami lakukan?" Sang suami akhirnya berucap, meski tercekat.
"Biasanya dengan operasi atau kemoterapi, hanya keduanya akan membahayakan janin yang ibu kandung"
"Maksudnya?" Kali ini sang istri yang menimpali.
"Artinya Ibu harus memilih, pelaksanaan kemoterapi atau kelanjutan kehamilan ibu, karena operasi maupun kemoterapi akan mempengaruhi meskiperkembangan janin tersebut, secara garis besarnya adalah hidup ibu atau janin itu..." dokter itu akhirnya menjatuhkan vonisnya, yang membuat pasangan itu terhenyak kaku.
" Berapa lama lagi saya bertahan Dok, sekiranya tidak ada pengobatan?" Kata si istri dengan wajah pucat.
"Kami tidak tahu pasti, karena hidup mati di tanganNya tapi secara medis 2 atau 3 tahun lagi" kagum sang dokter akan pemikiran jernih pasiennya.
Kirana menatap suaminya, sang suami mengangguk setuju.
"Artinya saya masih ada waktu melahirkan dan menyusui anak saya..." tegas tapi lembut Kirana memutuskan.
"jadi Ibu memilih mempertahankan kandungan ibu?" dokter itu kembali bertanya untuk memastikan.
"ya Dok...." keduanya menjawab berbarengan.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, meski kerap merasakan sakit luar biasa, Kirana bertahan, satu yang diinginkannya adalah agar sang bayi selamat dan lahir dengan mudah, doa itu dikabulkan, bayi yang ditunggupun lahir dengan selamat, dan ternyata perempuan, bahagia sekali sang bunda atas kelahiran bayinya, lupa akan sakitnya, hingga suatu hari ia merasakan kelainan pada bagian kiri tubuhnya, dan akhirnya harus ikhlas ketika sadar bahwa bagian kiri tubuhnya tak bisa digerakkan tepat pada waktu sang putri berusia setahun, jadilah ia merawat sang anak dibantu suami dan anak-anaknya yang telah beranjak dewasa, meski dengan segala keterbatasannya, hingga suatu hari setelah menjalana perawatan demi perawatan, keluar masuk rumah sakit, dokter akhirnya menjatuhkan vonis bahwa usia Kirana tinggal 15 hari lagi, padahal saat itu ibundanya akan berangkat menunaikan ibadah haji, yang artinya secara medis Kirana akan wafat tanpa sang ibu, nenek dari anak-anaknya, dilems menyelimuti hati sang ibu, tapi Kirana menenangkan.
"Berangkatmaki Ma...tidak apa2ji, Insya Allah saya akan tunggu, kematian adalah kehendakNya, bukan ditangan dokter" demikian Kirana berucap sambil menghapus air mata sang bunda, perempuan itupun mengangguk dan berangkat 3 hari kemudian dengan sejumput doa , semoga diizinkan jumpa lagi dengan putrinya sepulang berhaji, dan benar saja, sepulang dari tanah sucu, putrinya masih menanti dengan senyum dibibir dalam keadaan segar meski harus terpincang-pincang menyongsong dan memeluknya.

Tiga bulan berlalu, vonis dokter tak terbukti, suatu hari Kirana sibuk mengurus putri kecilnya walau dicegah oleh anak-anaknya .
"Janganmaki Ma...istirahatmaki, biar kami yang kerjakan semua," ujar putri sulungnya.
"Biarmi Nak...mungkin ini yang pertama dan terakhir mama bisa urus adekmu, kalian bersih-bersihmi saja, nanti banyak tamu..." dengan enggan kedua putrinyapun menurut meski dengan hati bertanya-tanya, hingga malam menjelang ibu Kirana tiba-tiba pingsan dan menghembuskan nafas terakhirnya setelah menitip pesan pada sang suami agar menjaga anak-anaknya, khususnya sikecil yang saat itu berusia 2,5 tahun, usai sudah tugas Kirana melahirkan dan merawat anaknya meski diujung maut, ia bahkan bertahan untuk menanti kepulangan ibunya berhaji, mematahkan setiap vonis dokter tentang penyakitnya.
Adapun sikecil tumbuh dibawah asuhan ayah dari saudara-saudaranya, menunaikan janji pada sang istri yang bahkan rela menukar nyawanya demi kelangsungan hidup sikecil dalam kandungannya, sikecil yang beruntung, dan sikecil itu adalah aku, Kirana adalah nama ibuku, seorang perempuan yang tak pernah kukenal wajahnya, dan kisahnya hanya kudengar dari cerita ayah dan kakak-kakakku, perempuan yang bersedia menukarkan jatah hidupnya dengan nyawaku, perempuan yang bersandar pada kehendak takdir walau melawannya dengan semangat hidup demi cinta dan bakti pada keluarganya, perempuan yang mampu membuktikan bahwa doa dapat mengalahkan vonis dokter, love you mom.....tenanglah engkau disana...
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki piala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS. Ali Imran : 145)"
TERIMA KASIH IBU.......BAHKAN MAUTPUN MENUNGGU