"Berhenti!!!!!" teriaknya, dan menghentikan adegan tersebut pria itu melepaskan pitingannya dari tubuh Jum yang gemetaran, gadis bisu itu terisak dan bergegas meraih kerudungnya yang lepas saat pergumulan tadi, sementara itu Zein melompati parit dan menghadang langkah lelaki bejat, yang nyaris menodai Jum, mata mereka bertemu, dan Zen sangat mengenalnya, salah satu tokoh yang disegani dikampungnya yang juga tetangga Zen sendiri, siapa tak kenal Dg Langi', selain kaya beliau juga rajin beribadah, tapi apa yang dilihat Zen siang itu membuatnya jijik dan hilang rasa hormat, kemarahannya bangkit, apalagi menyaksikan Jum meringkuk disudut dangau dengan pakaian acak-acakan bibir gadis bisu itu berdarah, pun pipinya lebam bekas tamparan, tanpa pikir panjang Zen menerjang menghadang langkah Langi' yang bergegas mengambil langkah seribu, mereka pun berduel, tubuh muda Zen merangsek, meninju dan menendang sementara itu Langi' yang kalap karena hasratnya tak tersampaikan membalas dengan segenap pengetahuan dan pengalamannya sebagai mantan guru silat, kemampuannya jauh diatas Zen, , hingga Zen terdesak dan terjajar beberapa langkah, meski masih sempat menghalau Jum.
"Lari....lari.....cari bantuan.....!!!!!" Teriaknya sambil mengelakkan tendangan berputar Dg Langi', Zen akhirnya terkapar karena tendangan itu disusul hantaman tinju dipelipisnya, sejenak dunia Zen berputar, kepalanya, pandangannya berkunang-kunang, sepintas masih dilihatnya Langi' menyeringai dan kelebatan kerudung Jum dikejauhan, setelah itu Zen tak ingat apa-apa lagi.
Bakri menyeka darah di sudut bibir kakaknya, Zen terbaring dibalai-balai sambil mendesis, hatinya masih panas, tapi ibu tirinya berkali-kali menenangkannya sambil berurai air mata.
"Sudahmi Nak...yang penting Jum tidak apa-apa. ."
"Bukan begitu Mak..tapi kami khawatir nanti dia ulangi lagi perbuatannya..." jawab Zen sambil bangkit dari dari pembaringan, menatap keluar jendela sambil menerawang.
"Mungkin alangkah baiknya kalau kita suruh dia minta maaf pada Jum dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya!" Usul Bakri tiba-tiba, Zen terhenyak, memuji kecerdasan adiknya meski dalam hati, tapi bagaimana caranya?
"Sebaiknya kita bicarakan dengan kepala kampung, biar beliau yang bicara dengan Dg Langi', ibu mereka tiba-tiba menukas, "Biar mama yang bicara dengan ettamu....." kedua remaja itu mengangguk setuju.

"Cih......siapa sudi minta maaf pada gadis bisu itu, lagipula apa buktinya kalau aku melakukan perbuatan itu?, siapa aku? Siapa Jum?!" Menyala mata Dg Langi' mendengar maksud kepala kampung memanggilnya, berani sekali anak muda itu melaporkanku....batinnya. sementara itu kepala kampung tak bisa bicara apa-apa lagi, maklum Dg Langi' adalah jawara dikampung itu, juga rajin ibadah, rasanya tak mungkin beliau melakukan perbuatan bejat itu, perundingan berakhir sia-sia, semua pulang dengan kecamuk masing-masing khususnya Bakri.
"Oe.....Zen turun kau!!!!! Kalau berani, sini kita berkelahi dengan cara yang jantan!" Penuh marah Dg Langi' berteriak-teriak dibawah tangga Dg Rewa ayah Zen dan Bakri, sementara itu Zen tak bisa bergerak dalam pelukan ibu tirinya yang menahannya agar tak turun, sambil menenangkan Adi dan Daud saudara Zen yang lain, untunglah Dg Rewa dan Bakri sedang kesawah memupuk padi, tak tahu apa yang terjadi kalau mereka ada dirumah, mungkin pertumpahan darah takkan terhindarkan, dikolong rumah Dg Langi' berjalan dengan pongah dan setelah yakin tak ada jawaban dari penghuni rumah itu, iapun pulang dengan jumawa, tak ada yang bisa mengalahkanku, batinnya sambil melirik kesana kemari berharap ada Jum disekitar rumah itu, dia masih penasaran, tanpa sadar bahwa saat itu Bakri menyaksikan semuanya dari balik pohon pisang, diam-diam ada tekad dihatinya.
Crasssh......badik kecil itu tepat menancap dibatang pisang, sejenak Bakri mengamati, mengukur senti demi senti, kilat tak puas masih tersirat dimatanya, diulanginya lagi dengan kuda-kuda yang selalu diajarkan ayahnya, hingga pada terjangan kesekian badik kecil itu menancap betul-betul tepat pada sasaran yang dikehendaki Bakri, pemuda berusia 15 tahun itu tersenyum puas mencabut badik dan meniup ujungnya, menandai sasarannya, lalu bergegas meme memenuhi panggilan ibu tirinya sekaligus adik almarhum ibunya yang sejak tadi melengking menyuruhnya segera mandi dan naik kerumah karena hari telah senja, ah, seperti anak kecil saja....keluhnya dalam hati namun tetap bergegas, esok dia akan coba berlatih lagi.. , hingga dari hari ke hari pemandangan seorang bocah berangkat remaja sedang menikam batang pisang menjadi pemandangan biasa bagi orang disekitarnya termasuk Dg Langi' yang sehari-hari melewati rumah itu sepulang dari sawah, tak ada yang tahu bahwa dibalik segala pemandangan yang seperti permainan it tersimpan tujuan yang mengerikan.
Langi' kembali mencuri pandang kerumah panggung berdinding papan itu, berharap ada Jum disana, rasa penasarannya tak kunjung terjawab, hingga senja turun tak jua dilihatnya sosok gadis itu keadaan sunyi senyap bahkan Bakri yang biasanya bermain badik di pekarangan belakang tak kelihatan, hmmmm..andai ada Jum ini akan jadi kesempatan besar, batinnya setengah berharap andai saja waktu itu tak ada Zen aku pasti tak penasaran lagi.....batinnya, masih sibuk dengan pikiran mesumnya, sambil beranjak menuju sumur samping rumah untuk membersihkan lumpur sepulang sawah, senja masih remang.
Bakri mencium ujung badiknya, sambil matanya awas mengintai sasarannya, kali ini bukan batang pisang seperti biasa, jantungnya berdebar, sekilas ragu, tapi membayangkan wajah Jum yang babak belur, bajunya yang koyak, membayangkan Zen yang nyaris kehabisan nafas karena ditimbun dengan jerami dibawah pematang darahnya yang menetes, wajah arif tettanya saat dihina dihadapan kepala kampung, pun ibu tirinya yang selalu khawatir, kalau-kalau anak dan suaminya akan jadi korban Langi', keraguan itu sirna terganti tekad setengah nekad, ia pun merunduk diantara tanaman perdu dekat gerbang sumur, tak dihiraukannya nyamuk yang mulai berpesta menyantap bahu dan punggungya yang telanjang, senja remang, menandakan terang dan gelap sedang berebut posisi.
"Siapa itu!!!!!!!!!!" Sosok tinggi besar itu segera membalikkan badan sementara kakinya melintasi palang menuju lantai tempat mandi dan mencuci di dekat sumur.
"Saya.......Bakri anaknya Dg Rewa, adiknya Zen, kerabatnya Jum!!!!" Tak kalah lantang sosok bertubuh sedang itu menjawab, ditangannya tergenggam badik kecil, sosok tinggi besar yang tak lain adalah Langi' tertegun, belum sempat mengingat, Bakri menerjang dengan gerakan sempurna dan terlatih, Langi' berkelit masih sempat menyambar parang panjang yang terselip di ikat pinggangnya namun kakinya tersandung batas gerbang , tubuhnya terdorong menyambut mata badik yang tergenggam sempurna ditangan Bakri crassss.....bunyi khas terdengar memilukan seiring Langi' yang limbung dan tumbang digerbang menuju sumur sambil mendekap ulu hatinya dimana luka nampak menganga dikeremangan, tak sempat menjerit, iapun pergi untuk selamanya, sementara Bakri berdiri tegak dengan badik berlumuran darah, terbayang wajah-wajah orang tercinta, iapun berlalu dalam diam.
Dengan senyum Bakri mengulurkan tangan untuk diborgol, setelah memeluk Zen yang berusaha tegar mengantarkannya kepelabuhan yang untuk menaiki kapal menuju pulau Jawa guna menebus perbuatannya di Nusakambangan, tak terlintas rasa takut diwajahnya.
"Baik-baik andik disana....." tersendat Zen berpesan, hatinya galau, , namun kagum melihat ketegaran sang adik, padahal 15 tahun bukan waktu yang singkat.
"Insya Allah saya kan pulang Daeng..........."janji Zen seperti tahu kecamuk hati kakaknya., kapal besar itu berangkat, Zen trenyuh, dia tahu penyebab adiknya melakukakn langkah besar ini,, siri' na pacce.....kehormatan Jum dan dirinya yang teraniaya, ah, adikku, alangkah mudanya usiamu, tapi keteguhanmu mengalahkan kami semua, batinnya sambil menghapus air mata yang akhirnya jatuh tak tertahankan.
Bakri menjalani hukumannya dengan ikhlas, setidaknya mengurangi perasaaan bersalahnya pada keluarga Dg Langi', 15 tahun kemudian iapun dibebaskan, Bakri dewasa kemudian pulang ketanah MaGis (Makassar bugis) sesuai janjinya pada Zen, dan menikahi seorang gadis yang sebaya dengannya, dialah nenekku, yah....Bakri adalah nama kakekku dari ibu tepatnya Bakaring Dg Nyarrang, seorang tukang kayu yang pandai berbahasa Belanda, hasil pergaulannya dimasa pembuangan ke Nusakambangan , ketekunannya belajar menyebabkan karyanya banyak digemari orang bahakn kerap ditukar dengan sebidang tanah yang dinikmati anak cucunya hingga sekarang. Secara pribadi aku tak pernah mengenalnya, tapi cerita tetta atau ayahku tentang beliau selalu membuatku terkagum-kagum , begitu juga dari penuturan kakak sulungku yang dekat dengannya, seorang kakek yang tegas tapi penuh kasih sayang.
Hmm.....kakekku sayang, tenanglah dialam sana, semoga keteguhanmu masih tersisa didarah dan daging ini, khususnya dizaman edan yang kadang juga naif, semoga Siri' napacce bukan hanya sekedar semboyan semata tapi dapat kami junjung meski dengan cara yang lebih arif, tabe......
Coretan kecil untuk Almarhum Bakaring Dg Nyarrang.
"Dan janganlah kami membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) , melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan" (QS. Al- 'Isra` :33)