google-site-verification: google79160b4318c1407b.html Puisi Marah | goresan dari hati -->

Inilah Saya

Name

Email *

Message *

Monday, 10 August 2015

Puisi Marah

#Marah#
Marah merupakan hal yang wajar dilakukan oleh tiap makhluk, asal dilakukan dengan wajar pula, kadangkala marah bisa berakibat fatal bila terjadi tanpa kendali, tapi bila marah dilakukan dengan cara terkendali, biasanya akan berakibat positif, selain bisa melampiaskan perasaan yang marah juga bisa memperbaiki kekeliruan yang menyebabkan timbulnya marah tersebut,.
Tapi kali ini saya tidak akan marah-marah melainkan melampiaskan kemarahan saya dalam bentuk puisi, banyak hal yang terjadi dalam hidup ini yang kadang diluar keinginan kita
termasuk menyangkut orang-orang terkasih, daripada saya ungkapkan dengan kasar dan menyinggung perasaan, lebih asyik kalau dibuat puisi, jujur puisi yang paling saya suka disini adalah "Tangisan Perempuan" ini suara hati saya sebagai apresiasi pada perempuan - perempuan yang terpaksa jadi perawan tua, karena jadi korban tradisi, alih- alih mereka disanjung dan dihargai, sebagai amanah keluarga, mereka malah dilecehkan dan dikucilkan karena dianggap "perempuan tak laku" padahal buat saya hidup ini adalah pilihan, orang lain tidak berhak menjudge takdir seseorang, hmmmmm....kok saya jadi marah-marah beneran ya.....yuk berpuisi....
.......Urgh.../b>

Engkau mulai membentak
menghina, menghardik...
engkau mulai melotot
meracau, marah!!

Telah bosankah engkau???
memandang raga tak berharga
melihat diri tak bernilai
mengakui darah aliranmu sendiri

Oke......
kalau itu yang kau mau......
pergi aku tak berpindah
sendiri aku dalam ramai
coba tak peduli

Baiklah.....
asal jangan durhaka aku....
karena bila engkau telah menghardik
kemana lagi putrimu mengadu??

Makassar, 082006

Surprais!!!!

Aku terhenyak kaget
merintih batin
tak kutahan air mata
walau kering selamanya

Engkau......
pujaan hati pelindung raga
lakukan hal itu
cipta kata itu
rasa digagahi diri ini

Ah, Ayah....
kalau saja bukan pelindung ragaku
kalau saja kubukan pewaris darahmu
mungkin terhunus pedang
merobek jantung entah siapa

Ampunkan Ayah.....
bukan putrimu tak mampu
tapi harga atas diri
putrimu junjung diatas segala
hargaku adalah hargamu.....

Namun....
jika ayah telah menghina
siapa lagi hormati putri?

Makassar, 082006

Tangisan Perempuan

Aku ingin menangis
tapi takut sia-sia
air mata tak layak
menetes tanpa guna

Menangis mata
menangis jiwa
ingin sekali berpaling
tapi kemana aku melangkah?

Ah Tuhan....
izinkan hamba sendiri
tak jodoh hamba rela
tak berpasang hamba mau
asal cintaMu menyertai

Ah Tuhan...
kami perempuan
diharga satu syahwat
dihina karena nafsu
bukannya punya lelaki?

Ah, Allahku....
kau kuasa segala hal
tolong beri kami jawab
harga seorang perempuan

Kami mencari......
bukan hanya sekadar
jasad cantik pengundang nafsu
jiwa genit pengundang hasrat
kami menanti CintaMu...

Lewat cadar suci
perawan tua tak berharga
lewat kasih suci
perempuan pencinta yang tak laku ( kata orang tua kami)

Makassar, 15082006
Untuk para Tulolo Bangko....

KASIH TAK SAMPAI

Usai sudah cinta kita
terputus tanpa marah
tak bisa lepas oleh paksa
kita yang terbuai dulu
paksa terima takdir
kata mereka itu bakti

Mereka tak pernah tahu
bahaya melarang cinta sejati
apalagi buat insan tak bersalah
mereka tak perbah mau
metuntuhkan angkuh hati
walau mengerti mereka berlumur salah

Sudahlah.....
mungkin suratan di garis tangan
tak bisa kita menjarak
karena rasa wajar adanya

Pergilah.....
memang salah kita berdua
sudah tahu takkan satu
mengapa pula rasa menyatu
buat apa cinta dipadu
namun apa daya...
mereka tak tahu malu...

Makassar, 06012008

AKU TAK MAU LAGI

Malam-malam itu berlalu sudah
hari-hari itu berakhir juga
ketika pekat malam temaniku
terik mentari jadi kawanku

Berdebar itu tiada lagi
bergetar itu tak ada lagi
berjuang aku menahan diri
bertahan agar tak tertatih

Lewat angin aku coba kirim pesan...
lewat takdir pengutuk tujuh turunan
mungkin lelah terbawa badai
dia pulang kusut masai...

Biarlah....
mungkin takdir digaris tangan
telah diukir sebagai kenangan
aku coba tak mengenang
walau jua terkenang-kenang

Ah, belahan jiwa...
terbelah tubuh, terbelah jiwa
membela raga, membela hati
membelai angan, membelai khayal
menyela ruang di celah waktu...

Aku tak mau lagi....
meski jiwaku terbawa engkau
pun hatiku ikut berlalu
karena kau sungguh terlalu.....

Makassar, 10012008



















Puisi untuk Amarah yang terpendam.....

Ibu rumah tangga dan waktu luangnya

Powered by Blogger.