
Punya kucing memang asyik, apalagi kalau kucingnya bisa diajak gaul ( memang ada?) , artinya mereka bisa dijadikan teman bercanda dan penghibur hati, walau kadang bisa menjengkelkan giliran ngembat lauk segitu- gitunya dari meja atau lemari makan.... uh...pengen nonjok... tapi gak bisa ( bukan gak tega), karena kucingnya lari entah kemana
Aku salah satu penggemar kucing dijagat ini, apalagi kalau disuruh milih antara kucing dan tikus, terang saja aku pilih kucing, tikus adalah hewan paling nyebelin sedunia, udah sosoknya bikin geli, rakus pula, hidup lagi....belum lagi mereka anti Keluarga berencana alias beranak pinak dengan cepatnya dan salah satu alasanku memilih kucing karena mereka adalah musuh utama tikus, so aku memelihara hewan pakai politik kompeni yaitu " adu domba" bedanya yang ini bukan domba yang diadu tapi tikus dan kucing.
Suatu hari ketika aku lagi mesra- mesranya dengan kucing-kucingku kakakku menikah (apa hubungannya?) akibatnya aku punya tambahan anggota baru dirumah alias ipar (hihi...jelaslah), tapi bukan itu masalahnya, iparku bukan penculik, bukan juga tukang morotin harta mertua, hehehe....( maaf ya kak), tapi beliau alergi pada makhluk yang namanya kucing, buat beliau kucing itu nyebelin, suka nyambar ikan dipiring, suka buang kotoran sembarangan ( mang benar sih.....), dan stereotipe jelek lain pada kucing, dampaknya beliau jadi galak pada kucing-kucingku, makanya tiap beliau makan kucing-kucingku selalu "kuamankan", hingga suatu hari diawal musim hujan, wabah melanda kucing-kucingku, mereka berguguran satu persatu tanpa kami tahu penyebabnya, walaupun itu hal yang biasa terjadi, hingga yang tersisa hanya seekor kucing kecil yang belum bisa apa- apa selain bermain, namun kali ini rumah kami dijadikan tempat bermukim hewan- hewan berwarna abu-abu dengan ekor panjang, hiiiii.....mereka ada dimana- mana, dilemari makan bahkan dilemari pakaian. menggerogoti apapun yang ditemukan, aku mulai frustrasi, begitu pula dengan seisi rumah khususnya sang kakak ipar, berbagai cara kami lakukan untuk mengenyahkan makhluk pengerat tersebut, mulai dari iming-iming racun tikus sampai perangkap, tapi semuanya nihil, entah karba kami yang kurang cerdas atau si tikus yang bermutasi menjadi lebih peka terhadap ancaman.
Suatu hari dihari sejuk, yang biasa kusebut "mikober" ( minum kopi bersama) , seperti biasa seekor tikus melenggang santai dihadapan kami, seperti biasa pula aku langsung naik kekursi, sementara yang lain bergerak sigap mengambil senjata apapun untuk dilemparkan, termasuk iparku yang mengambil pentungan disudut ruangan dan berlari mengejar tikus kurang malu itu, alih-alih terkena pentungan, iparku malah terjerembab saat pukulannya meleset, tikuspun selanat, namun selang beberapa detik kemudian, entah terdorong oleh naluri predatornya atau karena gemas melihat makhluk kecil itu si manis yang selama ini adem ayem karena tak ada saingan mendadak meloncat gesit dari tempat meringkuknya disudut dapur, langsung menyergap tikus tepat ditengkuknya saat nangkring di penyangga tiang rumah kami, tikus itu mencicit sakit tapi kami yang sejenak terkesima mendadak bersorak, pun iparku yang masih kesakitan, sejak itu ada yang berubah dirumah kami, selain populasi tikus yang perlahan berkurang, saban hari setelah makan ada saja sisa makanan untuk si manis dari kakak iparku, kalau ditanya, beliau menjawab "saya tidak bisa sehebat kucing ini,saya merasa bisa segala hal, tapi ternyata mengalahkan seekor tikuspun saya tak mampu, tapi kucing ini bisa dan berjasa buat kita" sejak itu kucing-kucingku aman dan nyaman dalam asuhan kami, Alhamdulillah.....meski bandelnya masih sering kumat, yang jelas rumahpun aman dari tikus.