ini, disusunnya rencana terbaik dipikirannya, untuknya, sang suami dan bayi dalam kandungannya, persetan dengan omongan orang, bukankah takdir Allah yang punya.
Bulan berlalu, sang janin lahir dengan selamat, bayi lelaki yang tampan, yang dirawatnya penuh suka cita, tak terlintas dibenaknya penyesalan karena tak menyandang gelar Hajjah, walaupun dia tahu dibelakangnya banyak cibiran tentang sikapnya, lagi-lagi ia tak peduli.
Tiga tahun berlalu, persiapan untuk memenuhi panggilanNya.ke Baitullah dilaksanakan, tapi sebelum itu Halimah kembali diuji, si sulung hendak maju untuk ujian skripsi. masa kuliah yang dilewati terlalu berat karena diselingi dengan cuti berkali-kali karena ketiadaan biaya dan disambi kerja serabutan untuk biaya kuliah, Halimah kembali merelakan tabungan hajinya ditarik sedikit demi sedikit untuk membiayai kuliah sisulung yang mencapai ambang kritis, pun ketika sang suami tergolek dirumah sakit lagi-lagi tabungan haji itu yang jadi andalan, lagi- lagi ibu Halimah ikhlas jalani takdir, uang hasil penjualan lahan warisan yang sedianya digunakan untuk berangkat haji kini berkurang sudah, artinya impian ketanah sucipun semakin tipis, ibu Halimah pasrah, baginya kebahagiaan keluarganya diatas segalanya.
Bertahun berlalu, saat ini sisulung berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan baik, dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), begitu pula putri kedua dan keempatnya, sedangkan yang lain bekerja sebagai wiraswasta yang cukup sukses, bahkan ada yang meneruskan ke Strata 2 dengan hasil keringat sendiri, sementara sibungsu tumbuh jadi anak yang penuh bakti pada orang tua, mereka senantiasa hadir tiap kali ibu Halimah dan suaminya membutuhkan, mereka adalah salah satu contoh keluarga besar yang bahagia, bahkan konon kabarnya saat ini anak-anak ibu Halimah sedang urunan tabungan untuk ongkos naik haji ibu mereka, Subhaanallah.....
Kisah diatas adalah kisah nyata yang terjadi pada salah satu kerabat saya walau namanya disamarkan, memang sederhana dan terlihat sepele, namun bagi saya pengorbanan sang ibu untuk keluarganya sungguh besar dan aspiratif, buat saya beliau adalah "Hajjah" yang sebenarnya, beliau adalah Ummi, sejatinya Ummi.
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar (Qs. Al- Isra : 31)"


Custom Search