google-site-verification: google79160b4318c1407b.html Cerita Kehidupan : Hidayah Taplak Meja | goresan dari hati -->

Inilah Saya

Name

Email *

Message *

Thursday, 25 June 2015

Cerita Kehidupan : Hidayah Taplak Meja

Aku berjilbab tepatnya berkerudung,salahsatu kewajiban yang dulunya aku abaikan,dahulu alih-alih berjilbab,aku malah kampanye anti jilbab,bukan apa-apa, kalau liat taplak meja bibiku, aku selalu teringat jilbab teman-temanku,bentuknya persis kalau dilipat, lagipula menurutku jilbab itu untuk mengekang kebebasan perempuan,apa sih salahnya memamerkan rambut? padahal disekolahku aku bendahara organisasi Rohis, nilai agamakupun tidak tanggung- tanggung, angka sembilan selalu manis dilajur angka,aneh ya?
Tapi waktu terus berganti, hingga aku diterima disuatu perguruan tinggi dikota gudeg, kampus negeri yang mrmentingkan nilai spiritual dan budaya, begitu banyak " taplak meja" bertebaran dikepala- kepala cerdas sebagian besar mahasiswi disana,dan lagi-lagi aku tidak terketuk,gayaku seperti biasa, kemeja, jeans, dan sekali- kali topi kesayangan nangkring dengan nyaman dikepalaku, padahal aku dekat dengan mereka, tentu saja dengan seabrek nasehat manis dari bibir mereka tentang hijab,tapi aku tak bergemng.
Suatu hari kakakku berkunjung kekost,
pulangnya beliau meninggalkan satu stel pakaian muslimah lengkap yang dulu digunakannya ditnah suci, ngotot aku menolak, tapi beliau
ersikeras menyimpannya dilemariku, "suatu hari pasti kamu butuhkan" katanya dengan senyum dibibir,akupun mengalah,lumayan buat digunakan kekuliah PAI..
tapi suatu malam tepatnya 7  Desember 1998,, aku terbangun drngan jantung berdebar, lantai kamar kostku mendadak begetar hebat, disertai sinar terang dijendela berupa sosok perempuan yang memsnggil2 namaku,anehnya saat itu aku tak merasa takut sama sekali, bahkan antara sadar dan tidak akuu bangun dan membuka pintu kamarku,namun tidak ada siapa2 diluar sana yang ada hanya kegelapan,.
Aku hendak kembali tidur,tapi ada yang aneh, pikiranku terpatri terus pada jilbab,seperti digerakkan oleh sesuatu, aku menuju lemari, membongkar lipatan setiap kain yang berbentuk segi empat aku pakaikan dikepala, mematut diri, hingg tak sadar pagi menjelang, setelah puas mengobrak abrik lemariku, akhirnya aku kekampus dengan busana muslimah yang ditinggalkan kakak, padahal hari itu tidak ada kuliah PAI, dikampus aku disambut haru teman2 akhwat
"Selamat datang didunia kami" ucap salah seorang diantara mereka dengan mata berkaca2, mungkin takjub melihat pencetus gerakan  nti jilbab yan tiba2 berhijab.
Aku tidak pernah mengerti apa yang terjadi dengan diriku, mungkin ini yang dinamakan hidayah, waktu kuceritakan pada kakak,kakak hanya memelukku dan berkata," bertambah lagi hari yang penting untukmu,7 Desember itu tanggal kematian ibu kita".
Takjub sekaligus sedih aku mendengarnya, mungkinkah itu Ibu? Tapi ah, tak mungkin, ibu sudah tenang dialam kubur, namun buatku, apapun itu, siapapun itu, pintu hatiku telah terbuka untuk mengenakan hijab, semoga terpelihara hingga akhir hayat... Amin....
Dari peristiwa itu aku mengambil hikmah bahwa belajar merupakan salah satu pintu hidayah, aku yang dulunya buta akan hijab bahkan menyamakan hijab dengan taplak meja (Astagfirullah..) kini menjunjungnya sebagai busana kebesaran, Alhamdulillah dan terima kasih buat mereka yang selama ini menggugahku...

"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka" yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Qs. Al Ahzab : 59)




Next
Newer Post
Previous
This is the last post.

Ibu rumah tangga dan waktu luangnya

Powered by Blogger.