






Elegi Mama
Aku terbang tanpa arah
aku lari tanpa batas
melayang tak berujung
merilis tujuan tak pasti
Anakku....
ingin sekali bunda
merasa, merasa sakit
menginginkan deritamu
hingga ringan dibadan
Tergolek engkau lemah
diantara butir-butir air mataku
Tuhan, jangan dulu....
Anakku....
hiduplah seribu tahun lagi....
Makassar, 17062006-30072015
untuk anak-anakku tersayang
Elegi Ibunda
Mata-mata menuntut
mata-mata memohon
tangan-tangan mendesak
tangan-tangan menjangkau
Ah, Ibunda.....
lelah tak kau rasa
ketika yang lain lelap
sakit tak kau kecap
ketika yang lain merintih
Ibu....
dimana makanannya?
sudah siapkah dimeja?
kami mau makan!
cepat kopinya!
engkau tergopoh....
Dan waktu berlalu
senja meraja
tak ada kopi dimeja
tiada hidangan dihadapan
engkau termangu.....
Ah, Ibu.....
maafkan kami
mengejar dunia
serasa kami yang punya.....
Makassar, 04062006
Untuk kakak, ummi dan mertuaku sayang....
KAU KECUP KAMI
Tetta...
kau kecup kami
hari ini dipagi cerah
saat terik menerpa pagi
beri harap yang ceria
Tetta....
kau kecup kami
didahi dan dipipi
jaga diri nak...titahmu...
merentang ikat bertaut kasih
jaga hormat demi leluhur
tetta akan kembali....
janjimu....
Tetta....
kau kecup kami
tiga putri darah dagingmu
yang menanti, mengharap
meski kadang murkamu didamba
Besok, kembalilah....
kecup kami lagi....
Makassar, 10032007
ELEGI UNTUK PAMAN
Maafkan kami Paman....
sesungguhnya ada selaksa duka kami pendam
ketika menatapmu
ada serumpun kasih yang kami tanam
ketika kami mengenangmu
Tapi segala luluh lantak....
rupanya hidup terlalu keras
kau palu pula dengan kejam
memar kami jiwa dan raga
dzalim rasanya bila tak bergerak
Maafkan kami Paman.....
sesungguhnya rindu kami
cium tanganmu
tapi apalah daya
mungkin nanti suatu hari...
Saat ini kami harus melawan
bukan kau....
tapai sang dzalim
serakah meraja dalam dirimu...
Makassar, 04062007
Untuk paman-paman yang kami rindukan
TETTAKU
Kelu sudah lidah
meretih hampa tak berdaya
Ah, wajah tua itu
berkerut nyaris tak kuasa
dia yang kami panggil Tetta
terlalu kasih pada saudara
terlalu sayang pada saudara
walau dijebak dalam lara
Lelaki tua itu.....
setia pada cintanya
wanita agung, ibu kami
walau sekejap kulihat
sekedar kurasa
tapi kupatri dijiwa
Lelaki tua itu....
hormat ia pada tetua
sepuh-sepuh dianggap sesepuh
walau tinggal tulang berkalang tanah
Lelaki tua itu.....
mungkin sudah lelah ia
saatnya kami anak-anaknya
merebut tahta tak berbilang
telah lama kami reguk manisnya
kemana pula ampasnya kan terbuang
kalau bukan pada kami
Ayah, Bapak atau Tetta....
kami di belakangmu
selalu dan selalu
atau haruskah kami di garis depan?
berlumur darah kami rela
demimu yang telah lelah
bahkan sampai berkalang tanah...
Makassar, 052007
Didedikasikan untuk Tettaku yang gagah, H.Mahmud Dg Taba